Rencana pemerintah untuk menata ulang perdagangan pakaian bekas impor atau thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat,menuai penolakan dari para pedagang. Mereka menilai, kebijakan mengganti barang impor dengan produk lokal berpotensi membuat pasar kehilangan daya tarik.
Salah satu pedagang, Mila (29), yang telah lima tahun berjualan di Blok III Pasar Senen, mengaku pesimis jika kiosnya harus beralih ke pakaian baru buatan dalam negeri. “Kalau pemerintah mau ganti semua jadi barang lokal, terus siapa yang mau beli? Pembeli suka ke sini karena cari barang luar (impor) kualitas dan modelnya beda,” ujar Mila kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2025).
Mila mengatakan, sebagian besar pakaian yang ia jual berasal dari pemasok di Bandung yang mengambil langsung dari kontainer impor Jepang dan Korea. Barang-barang itu biasanya datang dalam bentuk balpres (bal-balan), disortir, lalu dijual kembali satuan di Pasar Senen.
Baca juga: Nasib Pedagang Thrifting Pasar Senen di Ujung Tanduk
“Barang lokal enggak bisa jual di sini. Bahannya beda, modelnya enggak tren. Kalau dipaksa jual, ya bisa-bisa sepi pembeli,” katanya. Menurut Mila, alasan utama pembeli tetap mencari barang impor bekas adalah karena kualitas dan desain yang tidak pasaran.
“Orang suka thrifting bukan cuma karena murah. Tapi karena bahannya bagus dan modelnya unik. Barang luar beda kelasnya,” ucapnya. Ia menyebut, meski pakaian bekas, produk asal Jepang dan Korea memiliki bahan yang lebih tebal, jahitan kuat, dan model mengikuti tren global. “Kalau jaket Jepang atau Korea, pegang aja udah kerasa beda. Enggak gampang rusak, padahal bekas,” katanya.
Baca juga: Sandra Dewi Buat Rekening Pakai Nama Asisten untuk Dipakai Sendiri
Bagi para pedagang, kebijakan mengganti barang impor dengan produk lokal dinilai bisa mengancam keberlangsungan usaha. “Modalnya juga beda jauh. Kalau barang impor bisa dapat murah dari bal-balan, kalau lokal harganya lebih mahal dan enggak bisa dijual cepat,” ujar Mila.
Ia menilai, tanpa barang impor, daya tarik utama Pasar Senen akan hilang. “Pasar Senen ini sudah dikenal sebagai tempat cari barang luar negeri bekas tapi bagus. Kalau ganti lokal, pembeli bisa pindah ke online atau ke luar kota,” tambahnya.
FAQ (Frequently Asked Questions)
Mengapa pedagang Pasar Senen menolak kebijakan pembatasan thrifting?
Pedagang menolak karena khawatir pasar kehilangan daya tarik. Mereka berpendapat bahwa pembeli datang ke Pasar Senen untuk mencari barang impor dengan kualitas dan model yang berbeda, yang tidak bisa digantikan produk lokal.
Apa alasan pembeli lebih memilih pakaian bekas impor?
Pembeli lebih memilih pakaian bekas impor karena kualitas bahan yang bagus, model yang unik dan tidak pasaran, serta harga yang terjangkau. Kualitas bahan dan jahitan produk impor, terutama dari Jepang dan Korea, dianggap lebih baik meskipun bekas.
Bagaimana kualitas pakaian bekas impor dari Jepang dan Korea?
Menurut pedagang, pakaian bekas dari Jepang dan Korea memiliki bahan yang lebih tebal, jahitan kuat, dan model yang mengikuti tren global. Kualitasnya dianggap berbeda kelas dan tidak mudah rusak.
Apa dampak kebijakan ini terhadap pedagang di Pasar Senen?
Kebijakan mengganti barang impor dengan produk lokal dinilai bisa mengancam keberlangsungan usaha pedagang. Modal untuk barang lokal lebih mahal dan tidak bisa dijual cepat, serta daya tarik utama Pasar Senen sebagai pusat thrifting akan hilang, berpotensi memindahkan pembeli ke platform online atau luar kota.
Apakah ada alternatif untuk pedagang thrifting?
Artikel ini tidak secara spesifik menyebutkan alternatif untuk pedagang. Namun, keluhan pedagang mengindikasikan bahwa mengganti dengan produk lokal tanpa mempertimbangkan daya tarik pasar dan modal usaha bukanlah solusi yang diinginkan.

